Sumber

Coretan Siswa dari Desa


Suatu ketika saya termenung dan bertanya pada diri saya, apakah kondisi tempat tinggalku ini telah seimbang dengan tempat tinggal para "bangsawan negara" di sana ?

Ya, Desa yang saya tempati berteduh ini adalah suatu kawasan strategis yang didiami oleh berbagai penduduk yang mayoritasnya masih mempunyai paradigma tradisional.

saya mengatakan demikian, karena ketika suatu waktu saya keluar dari Desaku menuju tempat para "bangsawan negara" itu berteduh, saya melihat dari paradigma berpikir, hasilnya ialah ada banyak yang berbeda. Di kota tempat para "bangsawan negara" berteduh, kehidupannya banyak yang dialiri oleh berbagai kenikmatan serta keinginan yang melambung tinggi dari dasar kebutuhannya. Bahkan jika membahas bagaimana perkembangan karsa materilnya, para "bangsawan negara" banyak yang ber-susah-susah untuk mencarinya (dalam hal materil), padahal banyak dari mereka malah melupakan kebahagiaan dan ketentraman hati sejati yang mestinya mereka dapat peroleh tanpa harus mengejar hal materil itu tadi.

berbanding terbalik, jika saya melihatnya dengan apa yang ada di Desaku. Di Desaku, orang-orangnya lebih senang jika tetangganya bahagia, lebih senang jika rumahnya di ketuk-ketuk oleh orang yang ingin bertamu dirumahnya, bahkan lebih terlihat senang jika ada tetangga yang lagi membuat acara. Karena mereka (para tetangga) pasti datang membantu di rumah yang lagi mengadakan acara. itulah segi kebersamaan di dalam Desaku, tanpa harus mempersoalkan garis keluarga, suku bahasa, maupun kulit hitam atau putih, apalagi miskin dan kaya. Semuanya sama di mata tetanggaku.

kembali, jika saya melihat di sana, di tempat para "bangsawan negara" berteduh apakah sudah merasakan sisi lain dari ketentraman, penerimaan, keluangan waktu serta apa yang saya sebut sebagai "kesadaran hati". Jika mereka para "bangsawan negara" belum merasakan itu, cobalah datang dan membuka diri pada tempat yang saya sebut sebagai "Desaku".

Desaku, adalah tempat yang kaya, ada pantainya, ada empangnya, ada aliran sungainya, banyak buah-buahannya, ada durian, lagsat, rambutan, pisang, mangga, dan masih sangat banyak lainnya. Dan itu kami para penduduk Desa telah nikmati hasilnya.   

nah, dari sinilah saya berpikir dan merasa, bahwa sebenarnya kebahagiaan sejati adalah jika kita telah merasakan nikmatnya apa yang telah kita miliki saat ini, dan menggunakannya dengan baik. Kita tidak perlu menginginkan banyak apa yang sebenarnya bukan menjadi kebutuhan dasar kita. Karena kebutuhan dasar kita adalah Kebahagiaan Hati kita dan kebahagiaan orang-orang disekitar kita. Anjo. _MgP^_^


MgP
By. MgP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buku

Buku
Books